
Penyakit
asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang
berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala
sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran
napas.
Banyak
kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yang
sudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik.
Belum lagi masalah biaya pengobatan, absennya dari sekolah atau kerja,
gangguan aktivitas sosial serta pengaruh sakitnya terhadap orang-orang
yang berhubungan dengan penderita penyakit asma.

Penyakit
asma paling banyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ
dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Disamping itu banyak permasalahan
kesehatan lain yang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan
perilaku dan permasalahan kesehatan lainnya.
Penyakit
asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab, dimana yang
paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-faktor penyebab
dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu
binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain.
Penyakit
ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,
kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke
anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI
menjelaskan, “penyakit asma bukan penyakit menular tapi penyakit
keturunan.”
Berdasarkan
data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang di dunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma
pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma
and Alergies in Childhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di
Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2%
menjadi 5,4 %.
Penyakit
asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini hanya
berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma,
penderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang
mengganggu sehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-hari.
Mengingat
banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas pengobatan
penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang
baik ini diharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya
gejala penyakit asma), menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas
sosial yang baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Anda
bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut dalam halaman detail ini
meliputi gejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus
asma, pengobatan, pengcegahan dan hidup bersama asma. Jangan lewatkan
wawancara eksklusif kami dengan konsultan alergi dan imunologi yaitu
Prof. Dr. dr. Heru Sundaru, Sp.PD, KAI.
0 komentar:
Posting Komentar
harap dikoment yahh