
Sikap hati-hati Obama dalam menyikapi konflik di Laut China Selatan diartikan sebagai upaya Obama untuk memelihara kestabilan keamanan di wilayah tersebut. Kestabilan keamanan di wilayah Laut China Selatan dipandang Amerika Serikat (AS) sebagai salah kepentingan utamanya di kawasan Asia Tenggara.
"AS ingin ada jaminan kebebasan lalu lintas laut di wilayah Laut China Selatan, baik untuk kepentingan ekonomi maupun militer", ujar Vikram Nehru, pengamat kawasan Asia Tenggara dari lembaga think tank, Carnegie Endowment for International Peace (CEIP), di Wisma Bakrie, Jakarta, Jumat (23/11/2012).
AS dalam konflik Laut China Selatan memilih untuk tidak memihak ke salah satu negara yang bersengketa, walaupun begiitu AS mendorong negara-negara yang bersengketa tersebut lebih mengutamakan jalur diplomasi untuk menyelesaikan masalahnya. AS khawatir penggunakan aksi kekerasan dapat mengganggu kestabilan di wilayah tersebut.
Konflik Laut China Selatan terjadi karena adanya sengketa atas hak kepemilikan Kepulauan Spratly. China menyatakan seluruh wilayah Kepulauan Spratly dan perairan di sekitarnya sebagai wilayahnya. Namun beberapa negara Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Brunei, dan Malaysia juga memiliki klaim atas wilayah Kepulauan tersebut.
"Saya rasa China akan melunakkan sikapnya dan menyetujui Code of Conduct yang diusulkan oleh Indonesia", tambah Nehru yang merupakan cucu dari salah satu founding father Negara India, Jawaharlal Nehru.
Code of Conduct adalah kesepakatan yang mengikat yang mencegah digunakannya aksi kekerasan dalam menyelesaikan konflik di Laut China Selatan. Code of Conduct ini diusulkan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa.
"AS sangat mendukung upaya Indonesia yang terus mendorong disepakatinya Code of Conduct", terang Nehru. Code of Conduct tersebuty sejalan dengan kepentingan AS yang menginginkan kestabilan di kawasan Laut China Selatan.(AUL)
0 komentar:
Posting Komentar
harap dikoment yahh